ASUHAN KEPERAWATAN
MENINGITIS
Saya memilih kasus “Meningitis”
karena penatalaksanaan utama untuk pasien meningitis lebih banyak menggunakan terapi
medis, sedangkan penatalaksanaan konservatif oleh perawat masih sedikit.
Meningitis menurut saya adalah peradangan selaput otak akibat inveksi bakteri
atau virus, bisa karena inveksi langsung (luka terbuka atau cedera kepala
langsung) atau penyebaran inveksi dari anggota tubuh yang lain. Meningitis adalah peradangan pada
selaput meningen, cairan serebrospinal & spinal column yg menyebabkan
proses infeksi pada system saraf pusat (Suriadi,
dkk. Asuhan Keperawatan pada Anak, ed.2, 2006). Meningitis adalah infeksi
ruang subaraknoid & leptomeningen yg dikarenakan karena aneka organisme
pathogen (Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri
Rudolph,vol.1, 2006). Oleh karena meningitis bersumber dari bakteri atau
virus jadi penatalaksanaan medis yang utama adalah pemberian antibiotik dan
anti-inlamasi untuk mengatasi peradangan yang ada. Sedangkan penatalaksanaan
oleh perawat hanyalah sebatas terapi untuk mengatasi efek samping dari inveksi,
misalnya penatalaksanaan mual-muntah, anoreksia, defisit perawatan diri dan
gangguan nutrisi. Berdasarkan uraian di atas,
saya ingin mengetahui lebih dalam tentang meningitis sehingga saya bisa
memahami apa saja kompetensi perawat dalam menangani pasien meningitis.
Secara umum
tanda gejala dari meningitis adalah sakit kepala dan demam yang merupaka gejala
awal yang sering terjadi. Terjadi perubahan pada tingkat kesadaran, yaitu dapat
terjadi letargik, tidak responsif, dan koma. Iritasi meningen mengakibatkan
sejumlah tanda sbb: Rigiditas nukal atau kaku leher (upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher), tanda kernik positif
(ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki
tidak dapat di ekstensikan sempurna), tanda brudzinki (bila leher pasien di
fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul, bila dilakukan fleksi pasif
pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat
peda sisi ektremita yang berlawanan). Pasien meningitis juga akan mengalami
foto fobia atau sensitif yang berlebihan pada cahaya, kejang akibat area
fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema
serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya
tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan
penurunan tingkat kesadaran. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis
meningokokal. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi
tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata.
Untuk
memastikan diagnosa keperawatan dan intervensi yang dibutuhkan oleh pasien meningitis
maka seorang Nurse harus melakukan Pengkajian Keperawatan. Ada beberapa metode
pengkajian yang ada, misal: pengkajian per-sistem, pengkajian head-to-toe, dan
pengkajain 11 pola Gordon. Dalam artikel ini saya akan melakukan pengkajian pasien
meningitis dengan menggunakan 11 Pola Gordon dan yang saya kaji sebatas pengkajian
pada Pola Nutrisi, Pola Eliminasi, Pola Latihan-Aktivitas dan Pola Istirahat-Tidur,
Menurut
Potter (1996), pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah bahwa pola fungsional
Gordon ini mempunyai aplikasi luas untuk para perawat dengan latar belakang
praktek yang beragam model pola fungsional kesehatan terbetuk dari hubungan antara klien an lingkungan dan dapat diguakn untuk
perseorangan, keluarga, dan omunitas. Setiap pola merupakan suatu rangkaian
perilaku yang mmbantu perawat mengumpulkan, mengorganisasikan dan memilah-milah
data. Di dalam pengkajian Pola
Nutrisi menggambarkan masukan nutrisi; keseimbangan cairan dna elektrolit,
kondisi kulit, rambut dan kuku. Pengkajian Pola Eliminasi menggambarkan pola
fungsi ekskresi usus, kandung kemih dan kulit. Pengkajian Pola
Aktivitas-Latihan, menggambarkan pola latihan dan aktivitas, fungsi pernapasan
dan sirkulasi. Sedangkan Pola
Istirahat-Tidur, menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi
tentang tingkat energi
Dalam
Pola Nutrisi yang harus dikaji adalah asupan nutrisi pasien baik selama sehat
maupun selama sakit. Saat sehat anak makan normal sebanyak 3x sehari atau
lebih, tetapi selama sakit anak akan mengalami anoreksia atau kehilangan nafsu
makan sehingga anak bisa kekurangan nutrisi. Biasanya anak juga akan
mengalamami mual-muntah sehingga anak bisa kehilangan berat badan secara
bertahap. Kita juga perlu mengkaji apakah anak sedang menjalani diet khusus
atau tidak.
Dalam
Pola Eliminasi yang harus kita kaji adalah konsistensi ekskresi harian pasien,
baik itu berupa feses, urine maupun keringat selama sehat dan selama sakit.
Perlu dikaji keluaran feses dari volume, tekstur dan warna setiap kali buang
air besar. Keluaran urine juga dikaji volume, warna dan bau. Sedangkan untuk
ekskresi keringan dikaji apakah anak mengeluarkan keringat berlebihan atau
tidak dan baunya, jika anak mengeluarkan keringan berlebihan dan terus menerus
bisa mengakibatkan pasien mengalami dehidrasi.
Dalam
Pola Aktivitas-Latihan kita perlu mengkaji kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari baik selama sehat maupun selama sakit. Perlu dikaji
tentang kekuatan otot pasien dengan menggunakan skala kekuatan otot. Kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat kemampuan
0: mandiri (pasien bisa malakukan semua aktivitas sendiri), 1: pasien
menggunakan alat bantu untuk beraktivitas, 2: pasien membutuhkan bantuan orang
lain dalam beraktivitas, 3 : pasien membutuhkan bantuan orang lain dan juga alat
bantu untuk beraktivitas, dan 4 : tergantung dalam melakukan semua ADL,
kekuatan otot dan Range Of Motion, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama
dan kedalam nafas, bunyi nafas riwayat penyakit paru.
Dalam Pola
Istirahat Tidur kita perlu mengkaji tentang istirahat pasien selama sehat dan
selama sakit. Istirahat yang dimaksud tidak hanya istirahat berupa tidur,
tetapi juga istirahat ketika klien hanya melakukan kegiatan santai misalnya
menonton TV atau sekedar membaca koran. Dalam istirahat tidur perlu dikaji
tentang lama tidur, frekuensi, kualitas tidur, adakah gangguan selama tidur,
mimpi buruk, insomnia, penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi tidur, dll.
Sedangkan istirahat dengan melakukan aktivitas ringan dikaji tentang jenis
kegiatan, berapa lama dikerjakan, seberapa sering dilakukan dan respon klien
selama melakukan kegiatan santai.
Setelah melakukan
pengkajian dengan melakukan 11 Pola Gordon maka akan didapatkan beberapa data
untuk membantu menegakkan diagnosa keperawatan. Ada tiga jenis data utama yaitu
Data Subyektif (data yang bersumber dari ungkapan langsung pasien maupun
keluarga pasien) dan Data Obyektif (data akurat yang bersumber dari pemeriksaan
oleh Nurse, biasanya dilengkapi dengan skala angka dan tanda fisik pasti yang
ada di tubuh pasien oleh pengamatan seorang Nurse) dan Data Penunjang (dapat
berupa hasil Laboratorium maupun hasil Radiologi)
Diagnosa
keperawatan yang sering ditemukan pada pasien meningitis ada banyak, tetapi
saya hanya akan mengambil beberapa diantaranya yaitu: (1) gangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan edema serebral yang mengubah/menghentikan darah arteri/virus,
(2) risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang umum/fokal,
kelemahan umum, (3) gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan, (4) perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan
myelin pada akson dan whitematter, (5) hipertermi berhubungan dengan proses
inflamasi, (6) resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sepsis, dan (7) nyeri
berhubungan dengan proses penyakit.
Setelah
memberikan diagnosa maka diperlukan intervensi keperawatan atau tindakan yang
akan kita lakukan untuk mengatasi diagnosa, intervensi dibuat sesuai dengan
diagnosa sehingga diagnosa pasien bisa teratasi atau berkurang. Intervensi
untuk diagnosa yang saya sebutkan di atas adalah sbb:
DIAGNOSA
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Nyeri berhubungan dengan
proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi
Tujuan : Nyeri klien
berkurang
KH: Skala nyeri menjadi >
4
|
Mandiri
Letakkan
kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang
nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan
masage otot leher.
|
Meningkatkan
vasokonstriksi, penumpukan resepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan
nyeri
|
|
Dukung
untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tinggi)
|
Menurunkan
iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut
|
|
Berikan
latihan rentang gerak aktif/ pasif.
|
Dapat
membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau
tidak nyaman tersebut
|
|
Gunakan
pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul
|
Meningkatkan
relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit/ rasa tidak nyaman
|
|
Kolaborasi
Berikan
analgetik, asetaminofen, codein
|
Mungkin
diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat
|
|
|
|
Risiko tinggi terhadap terjadinya
infeksi berhubungan dengan sepsis.
|
Mandiri
Beri
tindakan isolasi sebagai pencegahan
|
Pada
fase awal meningitis, isolasi mungkin diperlukan sampai organisme
diketahui/dosis antibiotik yang cocok telah diberikan untuk menurunkan resiko
penyebaran pada orang lain
|
Tujuan : Meminimalkan proses
penyebaran infeksi
|
Pertahankan
teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
|
Menurunkan
resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi
|
KH: Leukosit normal 10.000-40.000
Tidak ditemukan tanda-anda inflamasi
|
Ubah
posisi pasien secara teratur, dianjurkan nafas dalam
|
Memobilisasi
secret dan meningkatkan kelancaran secret yang akan menurunkan resiko
terjadinya komplikasi terhadap pernapasan
|
|
Kolaborasi
Berikan
terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.
|
Obat
yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu
|
|
|
|
Gangguan perfusi jaringan serebral
b.d edema serebral yang mengubah/ menghentikan darah arteri/virus
|
Mandiri
Tirah
baring dengan posisi kepala datar.
|
Perubahan
tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya resiko herniasi batang otak yang
memerlukan tindakan medis dengan segera
|
Tujuan : Perfusi jaringan menjadi
adekuat
|
Bantu
berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.
|
Aktivitas
seperti ini akan meningkatkan tekanan intratorak dan intraabdomen yang dapat
men9ingkatkan TIK.
|
KH : Kesadaran kompos
mentis
|
Kolaborasi.
Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat. |
Peningkatanaliran
vena dari kepal akna menurunkan TIK
|
|
Berikan
cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
|
Meminimalkan
fluktuasi dalam aliran vaskuler dan TIK.
|
|
Berikan
obat : steroid, clorpomasin, asetaminofen
|
Menurunkan
permeabilitas kapiler untuk membatasi edema serebral, mengatasi kelainan
postur tubuh atau menggigil yang dapat meningkatkan TIK, menurunkan konsumsi
oksigen dan resiko kejang
|
|
|
|
Risiko tinggi terhadap cedera
berhubungan dengan kejang umum/lokal, kelemahan umum.
|
Mandiri
Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan |
Melindungi
pasien bila terjadi kejang
|
Tujuan
: Mengurangi risiko cidera akibat kejang
|
Tirah
baring selama fase akut
|
Menurunkan
resiko terjatuh/trauma ketika terjadi vertigo, sinkop, atau ataksia
|
KH : Tidak ditemukan cidera selama
kejang
|
Kolaborasi
Berikan
obat : venitoin, diaepam, venobarbital.
|
Merupakan
indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang
|
|
|
|
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan.
|
Bantu
latihan rentang gerak.
|
Mempertahankan
mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal akstremitas dan menurunkan
terjadinya vena yang statis
|
Tujuan : Klien dapat beraktifitas
kembali dengan normal
|
Berikan
perawatan kulit, masase dengan pelembab.
|
Meningkatkan
sirkulasi, elastisitas kulit, dan menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi
kulit
|
KH :Klien tidak merasa lemah
|
Berikan
matras udara atau air, perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
|
Menyeimbangkan
tekanan jaringan, meningkatkan sirkulasi dan membantu meningkatkan arus balik
vena untuk menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan.
|
|
Berikan
program latihan dan penggunaan alat mobilisasi.
|
Proses
penyembuhan yang lambat seringkali menyertai trauma kepala dan pemulihan
secara fisik merupakan bagian yang amat penting dari suatu program pemulihan
tersebut.
|
|
|
|
Perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan kerusakan myelin pada akson dan whitematter
|
Mandiri
Hilangkan
suara bising yang berlebihan.
|
Menurunkan
ansietas, respons emosi yang berlebihan/bingung yang berhubungan dengan
sensorik yang berlebihan
|
Tujuan : Meminimalkan perubahan
persepsi sensori
|
Validasi
persepsi pasien dan berikan umpan balik.
|
Membantu
pasien untuk memisahkan pada realitas dari perubahan persepsi
|
KH: Klien dapat mengontrol emosi
dirinya
|
Beri
kesempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.
|
Menurunkan
frustasi yang berhubungan dengan perubahan kemampuan/pola respons yang
memanjang
|
|
Kolaborasi ahli fisioterapi
Terapi
okupasi,wicara dan kognitif.
|
Pendekatan antardisiplin dapat
menciptakan rencana penatalaksanaan terintegrasi yang didasarkan atas
kombinasi kemampuan/ketidakmampuan secara individu yang unik dengan berfokus
pada fungsi fisik, kognitif, dan keterampilan perceptual
|
|
|
|
Hipertermi berhubungan dengan
proses inflamasi.
|
Mandiri
Berikan
kompres hangat
|
Pengeluaran panas secara konduksi |
Tujuan : suhu tubuh kembali
normal.
KH : suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C
|
Anjurkan
klien untuk menggunakan baju yang tipis.
|
Pengeluaran
panas secara evaporasi
|
|
Observasi
Suhu tubuh klien
|
Menentukan
keberhasilan tindakan
|
|
Kolaborasi
Berikan
antipiretik.
|
Membantu menurunkan suhu tubuh |
Sumber :
Smeltzer, Suzanne C &
Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi
bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
Erathenurse. 2007. Askep pada meningitis. http://erathenurse.blogspot.com/2007/12/askep-pada-meningitis.html.
Di akses tanggal 20 Mei 2016 pukul 18.40
Farinqhustank. 2008. Meningitis .http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/kedokteran/meningitis.
Di akses tanggal 20 Mei 2016 pukul 18.40
Anonymous. 2010. Disitasi http://nursingbegin.com/askep-meningitis/.
Diakses tanggal 20 Mei 2016.
Farly, Augus. 2010. Disitasihttp://augusfarly.wordpress.com/2010/07/29/asuhan-keperawatan-meningitis/.
Diakses tanggal 20 Mei 2016
Anonymous. Disitasi http://health.allrefer.com/pictures-images/kernigs-sign-of-meningitis.html.
Diakses tanggal 20 Mei 2016